Ticker

6/recent/ticker-posts

Onang Onang dan Tor-tor, Khasanah Adat Sabajulu yang Masih Eksis

Mangarak dengan iringan onang -onang suatu adat pesta pernikahan Mandahiling di Sabajulu
Pasaman Barat, sannarinews.com-----Onang-onang tak asing lagi bagi masyarakat adat Sabajulu Nagari Batahan Utara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat. Onang oang ini biasa dilantunkan dalam kegiatan mangarak atau ketika arak pengantin di sepanjang jalan. Kemudian juga dalam mengiringi kesenian adat tor-tor dalam gelanggang di halaman nabolak.
Tor-tor Sipangkalan

Tor-tor dengan gerakan-gerakan mengikuti irama gondang (gendang), ditingkah juga seruling. Senandung yang mengikuti tor-tor tersebut adalah onang onang atau sering juga disebut jeir.  

Peserta tor-tor ( yang melalukan tor-tor) haruslah berpakaian sopan dengan lengan panjang dan biasanya memakai kain yang dilipat sampai lutut serta biasanya memakai peci. Agar gerakannya bebas dan sopan dan juga tidak pakai sepatu.

Berbagai jenis tortor yang ditampilkan dalam hasanah adat Sabajulu. Di antaranya, tor-tor sipangkalan ( mewakili pihak yang berpesta), tor-tor naposo bulung dan nauli bulung pesertanya adalah para pemuda lajang yang masih single dan para bujing-bujing (gadis) atau pemudi yeng belum menikah. 

Jumlah peserta tor-tor naposo bulung dan nauli bulung ini biasanya sepuluh orang. Terdiri dari lima laki-laki dan lima perempuan. Mereka merupakan perwakilan dari lima marga yang ada di Sabajulu. Yakni Lubis, Hasibuan, Matondang, Nasution dan Pulungan.

Selain itu tortor raja –raja yang pesertanya para orangtua dan orang orang yang dihornmati secara adat. Dan satu lagi tortor marapulai atau kedua pengentin atau yang dikenal dengan raja sehari semalam, yang diikuti sipandonngani atau pendamping teman kedua pengantin.
Tor-tor Raja raja

Tradisi tor-tor yang masih eksis sampai saat ini terlihat kemeriahan yang mengembirakan. Dan semakin menarik dengan diiringi syair onang onang yang ditingkah pula dengan pukulan gendang.

Dalam adat mandahiling, untuk orang yang menyanyikan onang-onang ini disebut dengan paronang-onang, atau si panjeir. Di Sabajulu, untuk paronang onang ini, ada beberapa orang yang biasa seperti Lanroha Hasibuan, Ahmad Rasidi Lubis dan lainnya, kadang mengundang dari jiran tetangga yang ckukup senior adalah Jahidin.

Paronang onang memang harus dapat menyesuaikan isi dan syair lagu yang dinyanyikannya. Menurut Namora Poso Sabajulu, Ahmat Rasidi, si paronang mesti mengetahui maksud dan tujuan pelaksanaan pesta pernikahan  tersebut. Selain itu ia juga harus tahu kepada siapa nyanyian itu ditujukan, dan bagaimana syair yang tepat dan sesuai. 

Tor-tor namora poso dan nauli bulung
“Syair onang-onang ini memang biasanya tidak mempunyai teks. Melainkan diciptakan oleh si paronang-onang secara spontan bagai menciptakan pantun spontan, “ kata Rasidi.
Onang-onang, memang dikenal sebagai nyanyian adat mandahiling dengan syair yang menyentuh dan bermakna. Asal katanya adalah inang yang artinya ibu. 

Dari berbagai sumber yang diperoleh prodeteksi.com, konon ceritanya dahulu suatu ketika ada seorang yang merantau dalam kesusahan dan ketika mau pulang kampung tapi tak ada biaya sedangkan kerunduannya pada ibu yang dicitainya tak tertahan lagi, 

Tortor kedua pengantin sejoli dan pasangan si pandongani
Sehingga, untuk melepas kerinduannya dicetuskannya lewat suatu nyanyian dengan kata “onang¡konang”. Suatu cetusan perasaan kerinduan hati terhadap sang ibu dan orang yang dikasihinya.

Kemudian onang onang berkembang tidak hanya merupakan pencetusan kerinduan hati kepada ibu. Akan tetapi dipergunakan juga dalam suasana gembira. Misalnya, upacara pernikahan yang dinyanyikan untuk orang banyak.

Berikut ini adalah contoh syair onang-onang, yang dikutip dari link lentaraguru.blogspot.com 

Ile onang baya onang
tapuka ma le tajolo mulai on
nda asok ma jolo le fikiri ada
ulang nda maruba nian ale luai on
sian najolo indu nda sannari on

Santabi nda jolo sappulu on
sappulu noli marsatabi on
tu jolo na dua le tolu on
lobi nda tarpasangapi on
ois nda taronang ale baya onang

(ditulis oleh irti zamin, SS, dari berbagai sumber)